Aktivis Pospera bersama Presiden Jokowi |
SAAT
kunjungan Presiden RI Jokowi ke Kalimantan, khususnya kota Balikpapan
baru-baru ini, awalnya saya anggap biasa-biasa saja. Tetapi begitu saya
dapat informasi kunjungan RI 1 ini hanya untuk meninjau proyek jalan tol
Balikpapan-Samarinda dan pembagian kartu Indonesia sehat. Saya pun
menjadi penasaran, kenapa Jokowi tidak datang untuk menyelesaikan
masalah krisis air di Balikpapan? Yang ini sangat penting untuk
kehidupan orang banyak.
Beberapa
aktivis yang tergabung dalam Posko Perjuangan Rakyat (Pospera),
akhirnya mengajak saya untuk bertemu dengan Jokowi guna mengadukan
permasalahan krisis air bersih di Balikpapan dan pembangunan waduk
Teritip yang mangkrak sejak bertahun-tahun lalu.
Awalnya
saya pesimis dengan rencana para aktivis ini, sebab pengalaman saya
untuk bertemu dengan Presiden-Presiden terdahulu dibutuhkan waktu
berhari-hari dengan protokoler yang njelimet untuk bisa bertemu dengan
seorang Presiden. Sementara waktu yang ada hanya tinggal satu hari saja.
“Kita
harus cari jalan bang, bagaimana caranya supaya permasalahan ini bisa
disampaikan ke Jokowi,” kata Mei Christy seorang aktivis perempuan dari
warga Dayak.
“Ya, sudah kita sama-sama berusaha saja mencari jalan, supaya bisa diketemukan sama Jokowi,” kata saya.
Akhirnya
dalam sehari itu para aktivis ini pun mencari informasi sana-sini untuk
bisa mendapatkan akses bertemu dengan Presiden RI, akhirnya mereka pun
mendapatkan respon dari tim Sekretaris Pribadi Presiden, yang siap
membantu untuk mempertemukan dengan Jokowi. Setelah menunggu beberapa
waktu, akhirnya kepastian didapat, bahwa Jokowi siap menerima mereka jam
9 pagi sebelum pergi ke lapangan.
Meskipun
pertemuan ini tidak masuk dalam agenda protocol sebelumnya, tetapi
karena Jokowi ingin mendengar langsung informasi yang berbeda, maka kami
pun diberikan waktu untuk bertemu
Setelah
melalui prosedur protokoler, saya dan rombongan aktivis ini pun bisa
masuk ke hotel Senyiur tempat rombongan Presiden menginap, dan pihak
protocol pun mengingatkan saat berbicara dengan Presiden nanti supaya
langsung ke point saja, karena waktu yang disediakan terbatas.
Kami
pun diminta untuk menunggu Presiden di Lobi hotel, benar juga, begitu
rombongan sudah siap di lobi, tiba-tiba Jokowi dan ibu Iriana keluar
dari lift, dan langsung bergabung dengan para aktivis untuk mengajak
bersilaturahim.
Wow,
dalam hati saya, ternyata Presiden yang satu ini memang berbeda, tidak
mau terlalu kaku meskipun dia seorang Presiden dan sangat bersahabat
saat berkomunikasi, meskipun yang dia temui adalah aktivis-aktivis muda
yang sebagian barusan lulus dari bangku kuliah.
“Apa yang bisa kami bantu adik-adik sekalian,” sapa Jokowi sambil tersenyum menyalami satu persatu bersama istrinya.
Presiden
yang saat itu berpakaian putih hitam dan sang istri juga tak kalah
sederhananya mengenakan pakaian syar”I yang keliatan produk asli
Indonesia yang juga hasil rancangan desainer local. Sehingga bu Iriana
pun terlihat begitu sederhananya saat itu kalah glamour dibandingkan
istri kepala daerah, tidak terlihat kalau dia itu seorang istri pejabat,
tapi dengan kesederhanaan itu tidak mengurangi keanggunannya sebagai
seorang wanita Jawa.
“Pak, tolong bantu masyarakat Balikpapan, sudah lama mereka krisis air,” kata Mei Christy, Tonny Ngo dan lainnya.
“Ya, selama ini tidak ada yang kasih tahu ke saya tentang krisis air di Balikpapan,” jawab Jokowi.
“Bapak harus meninjau waduk Teritip yang sudah mangkrak bertahun-tahun, supaya kota ini bisa bebas krisis air,” lanjut Mei.
“Untuk
masalah waduk Teritip, sudah saya putuskan hari ini juga saya tinjau,
dan saya akan ingatkan Walikotanya kalau sampai tahun depan, Balikpapan
masih juga krisis air,” tegas Jokowi.
Padahal
dalam agenda protocol yang sudah disusun memang tidak ada agenda
Presiden untuk meninjau waduk Teritip. Tetapi karena laporan dari para
aktivis masalah krisis air ini, Jokowi pun langsung cepat merespon.
“Pak,
di Mahakam Ulu masih susah transportasinya dan disana harga barang
sangat mahal sehingga biaya hidup jadi tinggi,” lapor seorang aktivis
dari Mahakam Ulu.
“kira-kira untuk kesana, apakah bisa ditempuh dengan helicopter, supaya saya bisa ke sana,” tanya Jokowi.
“Waduh Pak, di sana belum ada helipad, tetapi kalau bapak mau kesana, nanti
akan kami siapkan lokasi untuk pendaratan helipad,” jawab si aktivis.
Menurut
aktivis ini daerah Mahakam Ulu merupakan daerah terisolir di Kalimantan
Timur, untuk menuju ke sana hanya bisa ditempuh dengan menggunakan
angkutan sungai, karena jalan yang ada sangat jelek, sehingga harga BBM
di daerah sangat mahal dibandingkan daerah lain. Kalau jalan ke daerah
ini bisa dibangun dengan bagus, maka pasokan barang ke daerah tentu
lebih mudah.
Setelah
berbagai permasalahan sudah disampaikan ke Jokowi, dan sang Presiden
berjanji akan segera menyelesaikannya, maka Jokowi pun mohon diri untuk
segera ke lapangan.
Dari
sini terlihat kalau seorang Jokowi ini memang seorang pekerja keras dan
selalu berusaha menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Terbukti untuk
masalah krisis air, dia langsung turun ke proyek waduk Teritip dan
meminta kepada Menteri Pekerjaan Umum untuk membantu pembangunan waduk
ini dan ditargetkan satu tahun bisa digunakan. Jokowi pun mengingatkan
Wali Kota Balikpapan bahwa tahun depan tidak ada lagi terjadi krisis air
di Balikpapan, bagaimana pun caranya.
Adapun
untuk masalah di Mahakam Ulu, Jokowi hari itu juga menugaskan stafnya
untuk pergi Mahakam Ulu dan melaporkan apa-apa saja yang perlu dilakukan
untuk mengatasi masalah terisolirnya daerah ini, untuk segera diambil
tindakan oleh pemerintah pusat.
Pertemuan
yang hanya 15 menit dengan Jokowi dan apa yang telah Jokowi lakukan di
lapangan selama kunjungan di Kalimantan, menunjukkan kalau dirinya ingin
menjadi seorang pemimpin yang baik, sebab pemimpin yang baik itu adalah
Pelayan Kelas Wahid.
Semoga bangsa dan negara Indonesia semakin maju di bawah kepemimpinan Jokowi yang berasal dari Solo. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar