oleh Andi Ar Evrai (kabarindonesia.co.id)
Jurnalis kabarindonesia.co.id di Masjid Sultan Singapore |
LEBARAN
tanpa ketupat apalagi Coto Makassar, ketika saya mengetahui bahwa
lebaran pertama terpaksa berada di Singapore setelah perjalanan dari
Timur Tengah karena jadwal pesawat Singapore-Balikpapan baru ada Senin
(26/6/2017) atau lebaran kedua.
Maka
saya pun mencari berbagai informasi tentang lokasi lebaran yang enak di
Singapore, beberapa teman ada yang menyarankan supaya pergi ke
Keduataan Besar Republik Indonesia (KBRI) karena di sana ada acara open
house setelah sholat Ied dengan menu ketupat opor ayam, ada juga yang
menyarankan ke kawasan Pasir Panjang karena di sini juga ada masjid yang
juga mengadakan open house.
Tetapi
sayang pesawat yang saya tumpangi mendarat di Singapore agak siang
sehingga rencana untuk ikut open house di KBRI dengan menu ketupat opor
ayam pun kandas begitu saja, dan saya pun hanya bisa mendatangi masjid
Sultan yang berada di kawasan pemukiman Melayu Singapore.
Masjid
Sultan ini adalah salah satu masjid tertua di Singapore dengan bentuk
bangunan yang tidak berubah seperti layaknya model bangunan zaman dulu.
Begitu memasuki masjid ini berbagai relief kaligrafi dengan warna
keemasan menghiasi dinding-dinding masjid tersebut.
Setelah menunaikan sholat wajib, saya pun berkesempatan bersilaturahim
dengan beberapa warga muslim Melayu dan Bangladesh yang berada di
masjid. Dengan penuh persaudaraan mereka pun menceritakan tentang
suasana lebaran di Negara tersebut.
Ternyata dari informasi mereka, umat Islam di Singapore diberikan waktu
libur sehari dari
pemerintah untuk merayakan hari raya dan setelah itu mereka kembali
bekerja seperti biasa. Bandingkan dengan di Indonesia yang pada lebaran
kali ini saja mereka mendapatkan libur lebih dari seminggu…..( lebaran
yang menyenangkan bagi umat Islam Indonesia).
Saat berada di masjid Sultan ini memang masih terasa suasana lebaran
Idul Fitri karena berbagai spanduk ucapan Selamat Lebaran terpasang di
masjid tersebut.
Tapi,
begitu keluar beberapa meter dari masjid maka jejak-jejak lebaran sudah
tidak terasa lagi karena masyarakat Singapore beraktivitas seperti
biasa terutama yang non muslim.
Maklum populasi umat Islam di Singapore hanya 15 persen saja selebihnya
kaum non muslim, tapi toleransi beragama di Negara ini sangat kuat dan
umat Islam sangat bebas menjalankan ibadahnya sesuai dengan ajaran yang
berlaku.
Nah,
karena ini Singapore maka jangan harap saat lebaran ada menu ketupat
lengkap dengan opor ayam, apalagi menu coto Makassar lengkap dengan
hidangan Pallubasa sudah pasti susah didapat di Negara
ini…hehhee…Selamat berlebaran di Singapore. (*/bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar